Illustrasi gambar sumur |
Suatu hari, ada orang buta jatuh ke dalam sumur. Seseorang yang sedang berjalan, kebetulan lewat di sana. Karena merasa kasihan melihat keadaan orang buta yang menyedihkan itu, dia menawarkan jasa untuk menarik orang buta itu keluar dari sumur tersebut.
Untuk maksud tersebut, dia kemudian melemparkan seutas tali yang panjang ke dalam sumur, dan menyuruh orang yang buta itu untuk memegangnya agar dia dapat ditarik keluar.
Orang buta itu tidak langsung memegang tali itu, tetapi malah mengajak sang penolong itu berdebat secara panjang lebar yang tidak ada gunanya. Orang yang buta itu bertanya bagaimana dia sampai jatuh ke dalam sumur yang begitu dalam, siapa orang yang pertama kali mempunyai ide membuat sumur, mengapa orang yang baik hati itu mau menariknya keluar. Apakah dia memiliki maksud tertentu dengan menolongnya? Apa jaminannya jika dia tidak akan jatuh lagi ke dalam sumur itu atau sumur yang lain.
Illustrasi gambar seutas tali yang diturunkan untuk membantu mengeluarkan orang buta |
Semua perkataan orang buta itu membuat kesabaran penolong yang baik hati itu habis. Tetapi dengan tenang dia menjawab bahwa dia sekarang harus memegang tali itu demi kebaikan orang buta itu sendiri. Penolong itu juga mengatakan bahwa setelah dia ditarik keluar, dia boleh mempelajari keadaannya dan mencari jawabannya sendiri dengan tenang.
Sekali lagi orang buta itu mulai mengajukan pertanyaan yang bukan-bukan. Dia bertanya mengapa orang yang membawa tali itu tidak jatuh ke dalam sumur. Karena sudah saking kesalnya, sang penolong itu kemudian mengatakan bahwa dia masih mempunyai banyak tugas lain dan bahwa dia akan terpaksa meninggalkan orang buta itu di dalam sumur jika dia tidak mau keluar dengan segera.
"Baiklah", kata orang buta itu, "tetapi sebelum itu, katakanlah kepada saya berapa dalam sumur ini dan kapan dia dibuat".
Illustrasi gambar orang buta yang tidak mau diselamatkan |
"Yah, dia cukup dalam untuk dapat membuat kubur bagi orang-orang seperti engkau", kata penolong itu sambil meninggalkan dia.
Pesan inspirasi dan moral cerita ini :
Jagalah lidahmu! Ada waktunya kau untuk berdiam diri, ada waktunya untuk berbicara. Banyak bicara hanya akan mendatangkan malapetaka untukmu sendiri. Berbicaralah di waktu yang tepat, di saat yang tepat. Jagalah perkataanmu agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Terlalu banyak berbicara, hanya akan membuat orang lain sulit untuk mempercayai kata-katamu.
Sadarlah! Apakah seringkali kau bertengkar hanya karena masalah yang sepele? Barangkali itu terjadi karena kata-katamu sendiri. Kau tidak bisa mengontrol lidahmu dan kau terlalu gengsi untuk mengakui kesalahanmu itu. Mintalah Allah untuk mengatubkan lidahmu, sehingga tak perlulah kata-kata kasar keluar dari mulutmu.
Janganlah berburuk sangka akan kebaikan seseorang. Buanglah pikiran negatif itu. Jika seseorang berbuat kebaikan padamu, cukuplah agar kau mempunyai pikiran untuk membalas kebaikannya itu. Tak perlu kau mengucapkan kata-kata kasar padanya dan berpikirkan bahwa orang tersebut mempunyai motif untuk mencelakakanmu. Karena bukan tugasmu untuk membalas perbuatan jahatnya, biarkan Allah sendiri yang bekerja untuk membalas kejahatannya itu, karena Allah maha adil, tepat pada waktunya.
Jika kau berusaha untuk sedikit saja merenung dan berdiam diri, kau akan menemukan bahwa mereka dikirim Allah untuk membantumu. Karena Allah bisa menjawab doa kita dengan mengutus orang lain hadir di hidupmu.
Sumber cerita inspirasi : Buku Happiness Inside cetakan ke-18 dengan tambahan pesan inspirasi dari penulis.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca artikel ini.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.