Putar lagu ini sebelum membaca...
(Renungan Matius 5:38-48)
Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu” (Mat 5:39).
Sebagai manusia Anda pasti pernah disakiti dan mungkin menyakiti orang lain. Jika Anda pernah disakiti orang lain tentu rasanya tidak enak, hati ini terasa panas, rasanya Anda ingin membalas perbuatan buruk tersebut.
Semakin Anda membalas perlakuan buruk tersebut, maka semakin senanglah iblis ("Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya" - Kej 4:7-). Justru itulah yang dicari iblis, supaya Anda jatuh ke perangkap yang sama, ke dosa yang berulang-ulang. Memfitnah, berbohong, dan kemarahan, itu adalah beberapa titik lemah manusia. Iblis akan berkuasa di pikiran Anda. Misalnya bagi Anda yang sudah memiliki pacar/sudah menikah, Anda tidak tahan jika melihat wanita cantik/pria tampan, iblis akan membisiki Anda agar pikiran Anda terus memikirkan wanita/pria tersebut, atau jika Anda adalah orang yang mudah emosi, maka akan selalu ada kejadian kecil yang bisa memicu kemarahan Anda. Ketika sudah tenang, Anda baru menyesal apa yang sudah Anda katakan/perbuat.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Hanya satu jawabannya, sebab iblis tahu kelemahan Anda dan dia selalu akan mengetuk pintu hati Anda untuk berbuat dosa, lagi dan lagi. Tutuplah pintu itu, jangan buka celah. Tahanlah diri Anda untuk berbuat dosa lagi. Sebab, semakin sering Anda jatuh dalam dosa yang sama, maka iblis akan semakin tertawa, dia menang, dia sedang merangkul Anda supaya kelak ketika Anda meninggal, Anda akan datang ke pelukannya di neraka.
Sadarkah Anda, kejahatan berulang yang Anda lakukan dapat juga menyakiti berulang-ulang bagi orang yang Anda sayangi? Anda mungkin bisa berkata maaf pada mereka, tapi apakah Anda pernah memposisikan diri Anda jadi orang yang dilukai? Mungkin ada yang menjawab : Ya, saya pernah, karena rasanya tidak enak, saya ingin orang lain merasakan apa yang saya rasakan. Atau mungkin juga ada yang menjawab : Ya, saya pernah, karena rasanya tidak enak, saya tidak ingin memperlakukan hal tersebut kepada orang lain.
Jika jawaban Anda adalah yang pertama, Bertobatlah! sebab itu adalah pembalasan dendam. Jika Anda tidak mau mengampuni, maka rantai pembalasan dendam ini akan terus ada sampai keturunan Anda berikutnya. Anda coba bayangkan ada mata rantai di depan Anda. Jika Anda benci dengan seseorang, bertambah 1 mata rantai, benci dengan orang yang lain lagi, mata rantainya akan terus bertambah panjang. Apakah mata rantai ini mau terus Anda bawa sampai Anda mati? Atau Anda coba putuskan di tengah, Anda buka gemboknya supaya kelak keluarga Anda tidak terkena akibat dari perbuatan Anda?
Melalui bacaan Injil hari ini, Yesus ingin mengingatkan kita, agar kita hidup dalam iman yang dewasa, milikilah penguasaan diri, bukan pelampiasan diri.
Ketika Anda ingin melakukan sesuatu, berpikirlah dahulu, apakah yang Anda lakukan ini adalah hal yang berguna? Apakah ini adalah hal yang baik, yang berkenan di mata Tuhan?
Jika hal tersebut sudah bisa Anda putuskan, langkah selanjutnya, jangan berjuang sendiri, tetapi andalkanlah Tuhan. Jika Anda sulit mengampuni, andalkanlah Tuhan. Berteriaklah padaNya atas apa yang Anda alami, betapa sulit diri ini untuk tidak membalas perbuatan orang lain kepada Anda. Berdoa saja tidak cukup. Anda harus bergaul dengan Allah. Milikilah waktu hening untuk mendengar suara Allah, sebab Allah selalu bekerja dalam keheningan. Ketika berdoa, heninglah beberapa menit, lihatlah salib dan rasakan kasihNya. Semakin dalam Anda berdoa, maka Allah akan memberikan petunjuk apa yang harus Anda lakukan di dalam hati Anda…itulah Roh Kudus yang akan menuntun jalan hidup Anda.
Dan untuk mengakhiri renungan ini, saya akan menutup dengan sebuah cerita.
Ada seorang polisi berkulit putih mengakui kesalahannya, bahwa dia telah menyiksa dan membunuh seorang pria berkulit hitam. Kesaksian itu dituturkan di depan istri pria yang dibunuh itu. Ketika berbicara, polisi itu gemetar dan menangis dengan rasa bersalah yang luar biasa, saat dia memaksa dirinya menguak kekejaman mengerikan yang telah dia perbuat. Ketika pengakuannya selesai, janda itu berdiri. Dia melompati penghalang yang berfungsi melindungi para saksi, dan berlari langsung ke pembunuh suaminya. Polisi yang merasa bersalah itu mengharapkan balas dendam di tangan janda itu, dia siap menerimanya. Namun janda itu tidak menyerangnya. Malahan, dia melingkarkan lengannya yang hitam dan kuat dengan lembut di tubuh putih pembunuh suaminya dan berkata, “Aku memaafkan kamu!”. Keduanya berdiri di sana dalam pelukan perdamaian, menangis bersama, dalam waktu yang cukup lama.
Tidak ada . . . mutlak tidak ada yang tidak dapat Anda maafkan. -Ajahn Brahm-
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca artikel ini.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.